TAMU BLOG
Diposting oleh
Ahmad Tirta Wirawan
di
8:55 PM
Ketika Seno Lagi Romantis
Judul buku : Aku Kesepian, Sayang, Datanglah, Menjelang Kematian
Tebal Halaman : 202 hlm ; 14 x 21 cm
Penulis : Seno Gumira Ajidarma
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Cetakan : Februari 2004
Anda belum tahu sisi romantisme Seno Gumira Ajidarma? Anda perlu membaca buku ini. Buku ini adalah kumpulan cepen-cerpen Seno yang ditulis baik sebelum maupun sesudah ia tenar. Cerpen-cerpen dalam kumpulan ini ia buat antara tahun 1997-2003. Sebelumnya, cerpen-cerpen itu diterbitkan di berbagai media massa; harian Media Indonesia, harian Kompas, harian Suara Pembaruan, majalah Djakarta, dan majalah Kolong.
Tebal Halaman : 202 hlm ; 14 x 21 cm
Penulis : Seno Gumira Ajidarma
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Cetakan : Februari 2004
Anda belum tahu sisi romantisme Seno Gumira Ajidarma? Anda perlu membaca buku ini. Buku ini adalah kumpulan cepen-cerpen Seno yang ditulis baik sebelum maupun sesudah ia tenar. Cerpen-cerpen dalam kumpulan ini ia buat antara tahun 1997-2003. Sebelumnya, cerpen-cerpen itu diterbitkan di berbagai media massa; harian Media Indonesia, harian Kompas, harian Suara Pembaruan, majalah Djakarta, dan majalah Kolong.
Kumpulan cerpen yang pernah ia buat sebelumnya di antaranya adalah Sebuah Pertanyaan untuk Cinta, Atas Nama Malam, Kematian Donny Osmond, dan Sepotong Senja untuk Pacarku. Cerpen "Sebuah Pertanyaan tentang Cinta" pernah difilmkan dan ikut serta dalam festival film JIFFEST (Jakarta International Film Festival). Kesemuanya diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama.
Berbeda dari kumpulan cerpen Seno sebelumnya yang kebanyakan bertema konflik sosial dan kehidupan malam, cerpen-cerpen Seno di buku ini kental dengan sentuhan romantisme seorang Seno. Romantisme dalam karya ini berupa cinta yang penuh gejolak jiwa pada tokoh dalam cerpen itu. Misalnya pada cerpen “Mmwwh!”(hal 49),”Avi “(hal 125).
Meski demikian, satu kesamaan dari semua cerpen dalam buku ini. Kesamaan itu adalah tema. Semuanya berkisah tentang keterasingan manusia dalam dunia yang seolah tak dibuat untuk mereka–seperti mungkin dialami oleh orang yang menyesal hadir di dunia ini karena merasa tak meminta untuk dilahirkan.
Banyak sekali cerita dalam buku ini yang mengangkat tentang keterasingan manusia. Tokoh dalam cerpen-cerpen itu umumnya adalah tokoh yang tengah merasakan kehampaan hidup dan merasa tak betah berada dalam kehidupan masing-masing. Mereka harus menghadapi realitas yang mereka tidak kuasa lagi mengubahnya.
Hal ini nampak pada cerita “Aku kesepian sayang. Datanglah menjelang kematian”, “ layang-layang”, “Penjaga malam dan tiang listrik “. Dalam cerita-cerita tersebut para tokohnya hidup dalam dua dunia, yaitu dunia realitas dan dunia mimpi atau khayalan. Dengan cerdik Seno, menyingkap mimpi-mimpi para tokoh itu dan kemudian mencampakkan mimpi itu di kehidupan nyata para tokoh itu.
Dalam cerpen yang berjudul Aku kesepian sayang.Datanglah menjelang kematian, Seno mengisahkan tentang perempuan yang kesepian dalam pusaran kehidupan malam. Di kumpulan cerpen ini, ada juga sentuhan khas Seno yang tak bisa hilang, yakni menggunakan dialog yang padat. Singkat, namun sarat isi.
Di cerpen ini, terlihat sekali kecenderungan Seno untuk mengungkap sisi menyimpang dari kehidupan manusia. Ia seolah-olah ingin menonjolkan sisi unik manusia sebagai sebuah individu. Kata-kata yang dipakai Seno cenderung sinis. Tiap adegan dalam ceritanya dibuat dengan gaya dan latar yang berbeda. Rupanya Seno sengaja mengisahkan tiap adegan dengan gaya pengontrasan.
Dalam buku ini ditampilkan juga karikatur pada tiap judul cerita.. Tak cuma itu, ada juga bonus komik berjudul “Daging tumbuh” karya Bram Laksono. Komik dan karikatur pada buku ini adalah gaya baru Seno. Ia banyak menyuguhkan kata-kata seruan dalam ceritanya. Kata-kata seruan seperti; ‘Mmmh!’, ‘Hhhh..’, ‘Hahaha’, dan ‘Hehehe’ banyak muncul dalam cerita. Kata seru tersebut sering muncul pada salah satu cerpen pada buku ini. Misalnya pada cerpen “Mmwh!”(hal 49)l dan “Hhh…”.(145). Selain itu, banyak sekali kata-kata yang mengungkapkan perasaaan sang tokoh. Hal ini nampak pada cerpen “Avi “ (hal 126).
Di novel kali ini, kata-kata yang bernada romantis mengalir begitu saja. Secara umum cerita dalam buku ini menarik. Namun, alur cerita yang berliku membuat pembaca sulit mengerti kisah ini. Tapi sesulit apapun, karya Seno tetaplah sebuah mahakarya yang patut disimak.***
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment